Saturday, 20 August 2011

MENGGAPAI KHUSUK DALAM SOLAT -lin-

Dari kejauhan saya lihat ada seseorang yang sedang bercakap cakap dengan asyiknya, ia melangkah bergerak kesana kemari sambil tangannya bergerak-gerak dengan serius. Namun saya tidak melihat lawan bicaranya. Saya jadi was was….. ini orang waras atau tidak. Saya berjalan semakin dekat dan semakin dekat pada orang tersebut, saya agak ragu, kuatir kalau orang itu tidak waras. Setelah dekat saya perhatikan ada kabel dari telinga terus medekati mulutnya dan masuk kesaku celananya. Oooh…. rupanya ia sedang bicara dengan lawan bicaranya melalu hand phone yang dilengkapi headset. Jadi lawan bicaranya tentu saja tidak terlihat karena nun jauh disana… entah dimana, mungkin pada suatu kota di Indonesia atau bahkan di luar negeri. Orang itu begitu asyik dan serius berbicara hingga ia tidak memperhatikan orang lain yang lewat didekatnya.

Ini adalah suatu contoh orang yang khusuk berbicara dengan lawan bicaranya, walaupun lawan bicaranya tidak terlihat. Untuk dapat berbicara dengan serius dan khusuk tidak mutlak lawan bicara harus dapat dilihat dan saling berhadapan. Banyak orang yang beralasan bahwa mereka tidak bisa khusuk dalam sholatnya karena Allah sebagai yang diajak berbicara dalam sholat tidak dapat dilihat dengan mata. Alasan ini tidak benar, nyata nya orang yang saya jumpai digedung MPR diatas dapat berbicara dengan khusuk dan serius walaupun lawan bicaranya tidak tampak.

Dari pengamatan saya orang tidak bisa khusuk dalam sholat sebagian besar disebabkan karena tidak mengerti dan paham apa kalimat yang diucapkan dalam shalat tersebut.. Karena itu Allah mengingatkan dalam surat An Nisa ayat 43 :

” Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…..”

Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan bahwa kita harus mengerti apa saja yang kita ucapkan dalam sholat. Jika tidak maka keadaan orang itu sama saja dengan orang yang mabuk. Tidak mengerti apa yang diucapkan dalam shalat itulah yang menjadi penyebab utama fikiran melayang layang tak tentu arah ketika sedang mengerjakan shalat.

Problem utama umat Islam di Indonesia

Tidak mengerti ucapan atau ayat yang dibaca dalam shalat merupakan problem yang serius bagi umat Islam di Indonesia. Ini adalah penyebab utama mengapa seseorang tidak bisa khusuk dalam shalatnya. Ketika takbiratul ihram dikumandangkan seolah olah fikiran dikomandokan untuk mulai melanglang buana melantur kemana mana. Mulai dari merencanakan suatu kegiatan bisnis, urusan keluarga, rencana tamasya, menemukan barang yang hilang dan lain sebagainya silih berganti muncul dalam fikiran selama mengerjakan shalat. Anehnya ketika mengucapkan salam sambil menoleh kekanan dan kekiri tanda selesai shalat, fikiran yang melantur itupun berhenti mengelana, langsung fokus pada kegiatan yang harus segera dikerjakan saat itu.

Hal seperti tersebut diatas tentu tidak dialami oleh orang yang mengerti bahasa Arab, baik dia orang Arab sendiri atau bangsa lain yang memang sudah mengerti bahasa arab.

Hal ini hanya dialami oleh bangsa Ajam (Non arab) yang dalam kesehariannya tidak menggunakan bahasa arab untuk bercakap cakap dan berkomunikasi. Untuk mendapatkan shalat khusuk , mengerti dan paham bacaan yang diucapkan dalam shalat merupakan persyaratan mutlak. Menurut hemat saya untuk meningkatkan mutu kehidupan umat Islam di Indonesia perlu diadakan kegiatan atau usaha untuk meningkatkan mutu shalat yang dilakukanja selama ini. Jika shalat umat Islam di Indonesia sudah betul dan benar, Insya Allah mereka (bangsa Indonesia) akan medapatkan semua yang dijanjikan Allah yaitu kemenangan hidup didunia dan akhirat.

Kondisi shalat sebagian besar umat Islam di Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan, baik dari kalangan yang berpendidikan tinggi (intelek) maupun berpendidikan rendah. Rata rata mereka tidak mengerti kalimat atau bacaan yang dibaca dalam shalatnya. Pernah satu ketika saya bertemu seorang petani disuatu desa , saya tanya bacaan yang dibaca dalam shalat. Ia bisa membacanya dengan baik. Ketika saya tanya arti setiap kalimat yang diucapkannya itu, ia menggelengkan kepala. Saya bacakan surat Alfatihah ayat demi ayat. Saya bacakan Bismillahirrahmanirahiim…. ia jawab dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Saya baca Alhamdulillah hirabbil alamin…… ia bengong …. nggak tau. Saya bacakan bacaan shalat yang lain dan saya tanya artinya ia hanya geleng kepala. Saya tanya kamu sudah shalat berapa lama? dijawab sudah 20 tahun. Masya Allah… saya fikir mungkin karena pendidikannya rendah makanya jadi begitu. Dugaan saya meleset, pernah saya tanyakan hal serupa pada seorang sarjana S1, jawaban nya sama saja….. nggak ngerti.

Inilah kondisi yang perlu perhatian dari kita semua, saya kuatir kalau sebagian besar kita terkena peringatan Allah dalam surat Al Maun ayat 4 dan 5 :

“ Maka kecelakaanlah bagi orang yang sholat, yaitu orang yang lalai dari sholatnya”

Pelajaran shalat yang kita dapat selama ini hanya berdasarkan hukum fiqih yang lebih fokus pada masalah rukun shalat. Kita lebih memperhatikan syarat syah atau tidaknya shalat tersebut. Shalat lebih dirasakan sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi, kalau syarat syah shalat sudah terpenuhi yah.. sudah. Masalah khusuk atau tidaknya kurang diperhatikan. Yang penting sudah memenuhi kewajiban shalat sesuai ketentuan dan syah. Jika shalat delakukan dengan tepat dan betul, sebenarnya shalat akan meninggalkan bekas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Shalat yang dilakukan dengan tepat dan benar akan memberikan rasa nyaman,tentram, bahagia, optimis, penuh semangat, selalu merasa berkecukupan dan lain sebagainya. Jauh dari perasaan jengkel, kecewa, sedih, cemas , takut, tertekan dan stress berkepanjangan. Perasaan tersebut akan merangsang fikiran untuk memancarkan gelombang positip kealam semesta yang pada akhirnya akan medatangkan hal yang positip pula dalam kehidupan sehari hari. Hal tersebut sesuai dengan seruan azan yang berbunyi hayya ’alas sholah….. hayya ’alal falah…. mari dirikan shalat…..mari rebut kemenangan.

Meraih shalat khusuk

Menurut teori LOA (Law of attraction) apa yang menguasai fikiran seseorang cenderung menjelma jadi kenyataan, fikiran negatif akan menarik kejadian negatif, fikiran positip akan menarik kejadian positif pula. Inilah yang menyebabkan orang kaya bertambah kaya, orang miskin bertambah miskin. Orang kaya selalu berfikir tentang kekayaan dan hidup berlimpah, sedang orang miskin selalu berfikir tentang kesulitan, kemelaratan dan kemiskinan. Semua yang difikirkan akan menarik hal yang sama dengan apa yang difikirkan. Keburukan menarik keburukan dan kebaikan menarik kebaikan pula.

Tidak mudah mengendalikan fikiran untuk selalu memancarkan gelombang positip. Konon kabarnya fikiran selalu bergerak dan berubah sebanyak 60.000 kali dalam sehari-semalam. Fikiran tidak pernah diam, ia selalu bergerak berubah setiap saat, bahkan ketika kita tidur fikiran tetap bekerja, ia tidak pernah diam. Bagaimana mungkin kita mengedalikannya agar tetap berfikir pada hal yang positip? Kita hanya bisa mengetahui bahwa fikiran kita sedang memancarkan gelombang positip atau negatif dari perasaan kita. Ketika kita sedang merasa kecewa, jengkel, sedih, cemas, tertekan itulah saatnya fikiran memancarkan gelombang negatif yang tentunya akan menghadirkan kejadian negatif pula dalam hidup kita. Ketika kita merasa nyaman, bahagia, tentram, sejahtera, hidup berkelimpahan itulah saatnya fikiran kita memancarkan gelombang positip yang tentunya akan menghadirkan kejadian positip pula dalam kehidupan kita.

Untuk mendapatkan fikiran dan perasaan positip banyak cara dilakukan antara lain dengan latihan meditasi, relaksasi, hipnoterapi, yoga, terapi music dan lain lain. Shalat dengan khusuk dan benar adalah salah satu cara untuk mengendalikan fikiran dan perasaan untuk tetap memacarkan gelombang positip. Kondisi ini bisa dicapai jika orang yang shalat fokus pada bacaan yang dibaca dalam shalat. Fikiran dan perasaan dikendalikan oleh ayat atau kalimat yang diucapkan dalam shalat, tidak melantur dan melayang kemana kemana. Untuk itu tentu orang yang shalat tersebut harus hafal dan mengerti bacaan dan ayat yang dibacanya dalam shalat tersebut.

Gerakan shalat

Banyak orang yang melakukan gerakan shalat dengan asal asalan. Berdiri, rukuk,sujud semua dilakukan dengan tergesa gesa karena ingin cepat selesai dari shalatnya. Rukuk asal rukuk, sujud demikian pula. Bacaan shalat dibaca dengan cepat, fikiran melayang tak tentu arah tidak mengikuti apa yang dibaca. Gerakan shalat jika dilakukan dengan benar dan tu’maninah sangat bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Memperbaiki persendian dan melancarkan aliran darah diseluruh tubuh. Penelitian menunjukan bahwa gerakan shalat yang tepat dan benar, mirip dengan senam yoga. Pada saat rukuk dengan posisi 90 derajat ruas- ruas tulang punggung akan tertarik dan lebih panjang daripada ketika posisi berdiri. Sambungan tulang punggung jadi fleksibel mudah mudahan terpelihara dari penyakit pengapuran tulang punggung. Ketika sujud juga konon ada bagian penting diotak yang hanya bisa dialiri darah ketika dalam posisi sujud. Ini bisa meningkatkan kecerdasan dan kinerja otak. Gerakan shalat yang dilakukan dengan perlahan dan tu’maninah akan menimbulkan perasaan relaks, nyaman dan tentram pada hati dan fikiran.

Pengaturan nafas dalam shalat

Umumnya manusia dalam keadaan sehari hari hanya menggunakan kurang dari 20 % kapasitas paru parunya untuk bernafas. Nafasnya pendek, tidak dalam dan panjang, sehingga sebagian besar kapasitas paru parunya tidak terpakai. Didalam paru paru yang tidak terpakai terdapat udara basi. Dimana satu ketika ia pernah menarik nafas panjang kemudian pengeluaran udara tidak dilakukan sampai tuntas udara yang tersisa merupakan udara basi didalam paru paru. Dalam jangka panjang bagian paru paru yang tidak terpakai itu akan mengalami kerusakan. Orang yang selalu berolah raga, terutama olah raga pernafasan seperti Taichi, Waitankung, Yoga, Satria Nusantara , Mahatma, Silat tenaga dalam, dan lain lain Insya Allah paru parunya tetap sehat

Untuk meningkatkan konsentrasi dan mencegah kita dari ketergesaan dalam shalat perlu dilakukan pengaturan nafas dalam shalat. Pengaturan nafas ini hanya salah satu cara pengendalian diri, bukan termasuk rukun shalat. Ketika takbiratul Ihram angkat tangan sejajar telinga sambil menarik nafas hingga memenuhi paru paru, kemudian turunkan kedua tangan keatas dada sambil menghembuskan nafas perlahan lahan sampai udara diparu paru kosong. Selanjutnya tarik nafas perlahan lahan hingga penuh kemudian hembuskan perlahan lahan sambil membaca do’a iftitah. Jika nafas sudah habis sebelum pembacaan do’a iftitah selesai, tarik lagi hingga memenuhi rongga paru paru kemudian hembuskan nafas perlahan lahan sambil melanjutkan bacaan do’a iftitah yang belum selesai tersebut. Demikian seterusnya, hingga selesai shalat. Gerakan shalat yang betul dan diikuti dengan pengaturan nafas yang baik akan meningkatkan metabolisme tubuh,dan kadar oxigen dalam darah . Efek nyatanya selama mengerjakan shalat bahkan setelah selesai shalat badan terasa lebih segar.

No comments:

Post a Comment